D E M P E T Skip to main content

D E M P E T


Hari ini, aku akan pergi ke suatu tempat. Aku tidak tahu ke mana. Pak guru mengajakku untuk mengikuti sebuah lomba berbasis teknologi. Aku senang sekali. Bukan karena aku diikutsertakan, namun karena kamu juga ikut pergi bersamaku. Ada beberapa murid lain yang juga diajak, tapi aku tidak peduli. Menang lomba atau tidak pun aku tak peduli. Yang penting bagiku, di luar dugaan, kamu juga mengikuti lomba ini. 

Kita berangkat dengan mobil yang sama. Aku duduk di barisan kursi kedua, agak tengah. Dan kau di baris yang sama di samping pintu. Badan kita belum terlalu besar. Untuk efisiensi, baris kedua mobil diisi empat anak. Sayang sekali seorang teman memisahkan kita. Kalau tidak, mungkin kita sudah duduk bersebelahan sekarang. Tapi tak apa, memiliki momen bersamamu yang belum tentu dimiliki semua orangpun sudah lebih dari cukup untukku. Aku sangat menikmati perjalanan dan kau malah mengeluh kesempitan. Tidak terasa kita sudah tiba di venue lomba.

Kita, seperti murid dari sekolah lain, memasuki area perlombaan dengan sedikit bingung. Ada banyak meja panjang dengan barisan laptop di atasnya. Wow kaliahatannya lomba ini dipersiapkan dengan serius sekali. Aku belum pernah melihat laptop sebanyak ini. Kami duduk menghadap laptop satu-satu. Panitia menjelaskan kalau peserta akan menjawab pertanyaan yang muncul di layar. Setelahnya bergantian dari sekolah lain menjawab soal. Melihat hiruk-pikuk gedung perlombaan dari tribun pasti seru sekali. Apalagi kalau ada kamu juga di sana.

Seusai lomba, kita, teman-teman lain, dan pak guru pendamping bergegas pulang. Aku memasuki mobil dan duduk di posisi yang sama seperti saat berangkat, baris kedua agak tengah. Tiba-tiba kamu buru-buru menyalip temanmu yang tadi duduk di sebelahku dan merebut posisinya. Kau di situ? Duduk di sebelahku? ASTAGA! 

Kenapa kau seolah ingin sekali duduk di sebelahku? Bukankah tidak ada bedanya antara duduk di ujung dekat jendela dan agak di tengah seperti sekarang? Kenapa kau sampai berebut begitu? Untuk apa kau melakukan itu? Aku senang dua kali lipat. Lipat pertama, aku senang bisa duduk di sampingmu. Lipat kedua, aku senang karena kau terlihat begitu ingin duduk di sebelahku. Kalau kalian berpikir aku kegeeran, mungkin kalian ada benarnya. Bagaimanapun kamu adalah anak keren, ganteng, dan lumayan terkenal di sekolah. Banyak gadis menyukaimu, yang jauh lebih cantik dariku. Tidak mungkin kau merebut tempat duduk temanmu karena mau duduk di sampingku. Tapi sekali lagi, aku tidak peduli. Biarkan aku menikmati rasa kegeeran ini dengan segudang tanda tanya, "kenapa?". Aku tidak butuh "karena" kalau pada akhirnya hanya mengembalikanku pada kenyataan. Duduk bersempit-sempit di sebelahmu untuk beberapa puluh menit adalah harap yang bahkan tidak berani aku khayalkan.

Tidak ada jalanan macet yang lebih indah dari ini. Tidak ada kesasar di jalan yang lebih mengasyikan selain ini. Awalnya kamu dan aku kikuk hingga memberi jarak di antara kita. Lama-lama kau dan aku pegal juga. Lalu, kita berdempetan sewajarnya. Sungguh aku ingin seperti ini lebih lama lagi. Namun, tidak ada manusia yang dapat mengatur waktu. Pada akhirnya kita tiba di sekolah dan aku pulang pada kenyataan.

Jakarta, 2008.

Comments

Popular posts from this blog

5 Cara Menjadi Penganggur Produktif

Menganggur adalah sebuah kondisi saat seseorang tidak memiliki pekerjaan atau kegiatan yang pasti dalam jangka waktu tertentu. Kondisi ini biasanya terjadi saat seseorang baru saja lulus sekolah, lulus kuliah, atau saat keluar dari pekerjaannya. Banyak orang tidak begitu menikmati waktu saat dirinya menganggur. Tekanan ekonomi dan lingkungan sekitar membuat para penganggur berusaha untuk mendapatkan pekerjaan sesegera mungkin. Sebenarnya para penganggur memiliki privilege yang tidak dimiliki para pekerja, yakni keluangan waktu. Sayangnya mereka tidak menyadari hal tersebut sehingga banyak menyia-nyiakan waktu dengan meratapi keadaan. Berikut adalah beberapa kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengisi waktu menganggur agar lebih produktif: 1. Mempelajari ketrampilan baru Bukanlah sebuah dosa untuk memperkaya diri kita dengan banyak ketrampilan seperti memasak, menjahit, membuat desain grafis, atau mungkin menggunakan sepatu roda. Untuk menguasai ketrampilan-ketrampilan tersebut

[ T E N T A N G : MENJADI PENGANTIN ]

Gua nulis ini jam 2.40 dini hari saat gua belum bisa tidur. Di tengah-tengah usaha untuk tidur, banyak pikiran yang lalu lalang yang justru bikin makin susah tidur. Kalian suka gitu juga ga? Mungkin karena gua kurang lelah dan bangunnya terlalu siang, jadi pikiran gua masih on banget. Kayanya ini yang dinamakan jetlag. Agar sesi susah sare (tidur in sundanese) ini lebih berbobot, maka gua putuskan untuk nulis. Bicara soal menjadi pengantin, alias nikah, lagi marak banget jadi bahasan di sekeliling gua. Usia 20an ke atas memang udah masanya untuk menggenapkan separuh agama. Beberapa temen udah ada yang cerita soal keluarga kecilnya, ada juga yang lagi sibuk nyiapin lamaran dan resepsi, sisanya sibuk milih baju buat kondangan. Orang-orang yang terakhir ini biasanya kalo ditanya kapan nikah jawabannya: hilalnya belum keliatan nih, lu duluan aja deh, nyantai aja gua mah, dan masih banyak lagi jawaban way out yang super basi.  Di sini gua ga akan ngebela kaum jomblo yang tekan

Another Miss Lulu

Today a courier came to my house and gave me a packet. He said it's for Miss Lulu. I thought i never ordered something online these few days. It might be my sister's stuff then i received it. It was cash on delivery and i paid. Until i opened the packet. I found it strange. My sist never bought such a thing like this. Then i checked the details on the package. Omg it's not my phone number there. Seems there are two Lulu(s) around my neighborhood. Stupidly i didn't check it before i received (and paid) the packet. I chatted the number of the true Lulu (supposedly). I asked her whether it's hers or not very clearly. It was delivered and seen. But she didn't reply. I chatted her again, but now it's not delivered. The problem is i already paid for it! 😭 I was so angry to myself and the courier. I ended up being the courier after she told me her address. Human might do mistakes, unlikely God. He will give what you really need, although sometimes it&